NAMA                    : SYAFIRA NOOR PRADANA
KELAS                   : 1ID02
NPM                       : 3A414563
TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
TULISAN
II
CONTOH CERPEN YANG BERKAITAN DENGAN MANUSIA DAN CINTA KASIH
KASIH SAYANG SEORANG NENEK
Setelah semua kancing bajunya terpasang 
semua, si nenek kembali membukanya lagi. Ternyata kancing bajunya tidak 
terpasang sesuai urutan, sehingga terkadang sisi baju yang sebelah kiri 
menjadi lebih tinggi dari yang kanan. Atau kancing yang sebelah kanan 
melampaui 2 urutan dari yang sebelah kiri. Nenek bahkan harus 
mengulanginya beberapa kali sampai berkeringat, baru akhirnya semua bisa
 terkancing rapi sesuai urutannya. Setelah itu nenek berjalan keluar 
dari kamar.
Saat nenek melintasi ruang tamu, cucu 
perempuannya yang berumur 16 tahun sedang menonton TV. Terheran melihat 
neneknya berpakaian rapi, lalu bertanya, “Nenek mau kemana, bukannya 
tadi nenek mau memasak di dapur?” Nenek kemudian menjelaskan kalau ia 
tadinya memang mau memasak, tapi entah kenapa rice cookernya tidak mau 
menyala, dan sekarang nenek mau keluar sebentar membeli makanan.
Dengan wajah cemberut, cucunya meminta 
agar nenek cepat pulang karena ia sudah mulai lapar. ” Iya, nenek akan 
cepat pulang. Kamu tunggu nenek sebentar ya…” kata neneknya dengan 
tersenyum, supaya wajah cucunya tidak merengut lagi. Nenek pun berjalan 
keluar rumah, menunggu bus yang lewat, lalu naik bus ke pusat penjualan 
makanan.
Beberapa saat setelah nenek keluar rumah,
 cucunya berjalan ke dapur mencari cemilan untuk sekedar mengganjal 
perut. Tak sengaja ia melihat colokan (steker) rice cooker yang belum 
dicolok. Cucunya pun tersenyum geli melihat sikap pelupa neneknya 
seperti orang yang sudah pikun aja.
Sesampai di pusat penjualan makanan, si 
nenek membeli nasi ayam kesukaan cucunya. Setelah selesai membayar dan 
hendak pulang, langkah nenek tiba-tiba terhenti persis di pintu keluar. 
Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, bola matanya membesar, raut 
mukanya berubah tampak kebingungan. Semua bangunan dan jalanan yang ada 
didepannya terlihat berbeda dan asing. Nenek terdiam membisu sejenak. 
Dan akhirnya menyadari kalau ia lupa arah jalan pulang ke rumah.
Lantas dengan sigap, nenek melambaikan 
tangannya sambil berjalan menghampiri seorang pemuda yang melintas di 
depannya. Meminta bantuan kepada pemuda itu agar mau membawanya pulang. 
“Nak..nak.. tolong antarkan nenek pulang…” kata nenek. “Maaf, nek. Saya 
sedang terburu-buru.” Tolak pemuda tadi.
Kemudian nenek menghampiri seorang wanita
 paruh baya. Sama dengan pemuda tadi, wanita ini juga tidak bisa 
mengantarkan nenek pulang karena akan menjemput anak-anaknya. Nenek 
tidak berputus asa. Kali ini dengan gesit ia berjalan ke arah seorang 
bapak-bapak untuk meminta tolong. “Pak, pak…tolong antarkan saya pulang.
 Cucu saya sedang menunggu saya pulang membawa makanan. Dia pasti sudah 
lapar sekarang.” kata nenek dengan wajah terlihat sedih.
“Rumah nenek di mana, mari saya antar.” 
jawab bapak itu. “Emm…mmh…saya…saya tidak ingat dimana.” kata nenek 
dengan terbata-bata. “Tapi tolong antarkan saya pulang, pak. Pokoknya 
antarkan saja saya pulang.” nenek tetap memohon. Bapak ini juga tidak 
bisa menolong karena nenek sudah pikun dan sama sekali tidak ingat 
dimana rumahnya. Mata nenek tampak berkaca-kaca, air matanya hampir 
jatuh membasahi pipi.
Berulang kali nenek terus meminta tolong 
kepada setiap orang yang ditemuinya untuk diantarkan pulang. Ada yang 
menolak dan ada juga yang bersedia membantu…namun siapa pun yang mau 
menolong tetap saja tidak bisa mengantarkan nenk. Wajah nenek tampak 
sangat sedih. Tanpa disadari air mata nenek mengalir di pipinya. 
Teringat cucunya menahan lapar, sedang menunggunya pulang membawa 
makanan.
Nenek tetap terus berjalan sambil meminta
 tolong, dan sesekali mencoba mencari jalan pulang sendiri. Tanpa 
berhenti untuk beristirahat. Rambut putihnya yang tadinya tersisir rapi 
dan diikat ke belakang, sekarang mulai berantakan dan tidak karuan. 
Kedua tangannya terus mendekap nasi ayam yang dibelinya tadi siang agar 
tetap hangat. Seluruh wajah dan bajunya telah basah oleh keringat. 
Langkahnya juga sudah mulai melambat karena kakinya terasa sakit dan 
kelelahan.
Hingga hari mulai gelap, nenek masih saja
 terus berjalan, berusaha bisa sampai ke rumah meskipun dari wajahnya 
terlihat jelas sekali, kalau nenek sudah sangat kelelahan.
Pada waktu yang bersamaan, di rumah 
nenek, sepasang suami istri baru pulang. Mereka adalah orang tua dari 
cucu nenek. Si ibu melihat anaknya yang sedang ngemil, sambil menonton 
TV. Lalu bertanya, “kok kamu ngemil, apa nenek belum selesai masak?” 
Putrinya menjelaskan, kalau nenek tidak jadi masak hari ini dan sudah 
sejak tadi siang pergi ke pusat penjualan makanan tapi masih belum 
pulang sampai sekarang.
“Apa! Nenek belum pulang dari tadi 
siang?!” kata ayahnya dengan wajah terkejut bercampur khawatir. Belum 
sempat anaknya berkata apapun, kedua suami istri ini langsung pergi 
lagi. Bermaksud mencari nenek! Anaknya kaget melihat kedua orang tuanya 
tiba-tiba menjadi panik dan langsung pergi lagi. Setelah beberapa saat 
dia baru sadar, kalau nenek bukan pelupa, tapi sudah pikun, dan nenek 
pasti sedang tersesat sekarang. Segera, dia pun mengikuti kedua orang 
tuanya pergi mencari nenek.
Ketiganya berkeliling di tengah keramaian
 kota, berusaha menemukan nenek. Dan kemudian, kedua suami istri ini 
mendengar bunyi klakson mobil bersahut-sahutan. Keduanya segera berlari 
ke arah bunyi klakson tersebut. Sesampainya di sana mereka melihat nenek
 berdiri terbengong di tengah jalan menghalangi laju mobil-mobil. Lalu 
keduanya menarik tangan nenek dan menuntunnya ke tepi jalan. “Apa yang 
Ibu lakukan di tengah jalan seperti ini. Ibu membuat kita jadi tontonan 
semua orang…” bentak putranya.
“Pak, pak…tolong antarkan saya pulang, 
cucu saya sekarang pasti sudah sangat lapar. Kasihan cucu saya, dia 
belum makan dari siang. Tolong pak…” karena dibentak, nenek semakin 
linglung dan tidak ingat dengan putra maupun menantunya sendiri. “Bu! 
Saya ini anakmu sendiri!” teriak putranya lagi. Kemudian nenek berpaling
 ke arah menantunya, “Nyonya, tolong antarkan saya pulang, cucu saya 
sedang menunggu saya pulang bawa makanan.” nenek memelas sambil 
menangis.
Mendengar nenek memelas seperti itu 
ditambah dengan melihat kondisi tubuh nenek yang sedemikian lelahnya. 
Hati keduanya terasa sangat pilu sekali. Tak kuasa menahan air mata, 
menantunya menjadi ikut menangis. Menangis dengan teramat sedih. 
Menyadari betapa besarnya cinta dan kasih sayang nenek kepada cucunya, 
yang tak lain adalah putri mereka sendiri.
Tiba-tiba, dari kejauhan, sayup-sayup 
terdengar suara cucunya memanggil, “Nenek, nenek…” Nenek menoleh ke 
belakang, mencari asal suara cucunya. Ternyata benar, cucunya berada 
tidak jauh dari sana. Dibalik keremangan lampu jalan, cucunya berlari ke
 arah nenek. Senang melihat cucunya berada di sana, nenek pun berjalan 
ke arah cucunya dengan tertatih-tatih. Walaupun terlihat nenek tersenyum
 sangat senang, namun masih tampak sangat jelas kecapekan dibalik 
senyumannya itu.
Cucunya langsung memeluk nenek. “Nenek 
maafkan saya, nenek tidak apa-apa?” kata cucunya dengan meneteskan air 
mata. “Iya, nenek tidak apa-apa. Ini nenek sudah belikan nasi ayam 
kesukaan kamu, ayo makan. Kamu pasti sudah lapar sekali. Kasihan cucu 
nenek harus kelaparan sampai malam.” kata nenek sambil membuka bungkus 
nasi lalu disuapkan ke mulut cucunya. Cucunya terus menangis. “Nenek, 
maafkan saya, maafkan saya, nek…” cucunya terus berulang-ulang meminta 
maaf sambil menangis.
“Tolong maafkan nenek ya, kamu jadi harus
 kelaparan menunggu nenek terlalu lama” mendengar nenek berkata 
demikian, dan melihat kondisi nenek yang begitu kesakitan juga 
kelelahan. Air mata cucunya semakin deras mengalir. Putra dan menantu 
nenek yang melihat kejadian ini, juga menitikkan airmata. Lalu keduanya 
berjalan mendekati nenek dan memeluk nenek dari belakang. “Ibu, kami 
semua sangat mencintaimu.”
Nilai yang dapat diambil:
Kisah cinta kasih seorang nenek kepada cucunya ini, disampaikan kepada kita semua adalah untuk membuka mata dan hati kita akan betapa besarnya cinta kasih orang tua dalam mengurus serta membesarkan anak-anaknya. Ketika orang tua kita sudah renta dan tidak lagi mampu mengurus dirinya sendiri, sebagai anak, sudah sepatutnya kita juga mengasihi, merawat dan memperhatikan mereka sama persis dengan yang telah mereka lakukan kepada kita.
Kisah cinta kasih seorang nenek kepada cucunya ini, disampaikan kepada kita semua adalah untuk membuka mata dan hati kita akan betapa besarnya cinta kasih orang tua dalam mengurus serta membesarkan anak-anaknya. Ketika orang tua kita sudah renta dan tidak lagi mampu mengurus dirinya sendiri, sebagai anak, sudah sepatutnya kita juga mengasihi, merawat dan memperhatikan mereka sama persis dengan yang telah mereka lakukan kepada kita.
KARYA LAGU YANG BERKAITAN DENGAN HUBUNGAN MANUSIA DAN KEINDAHAN
RAUYAN PULAU KELAPA
(Ismail Marzuki)
- Tanah Airku Indonesia
- Negeri Elok Amat Ku Cinta
- Tanah Tumpah Darahku Yang Mulia
- Yang Ku Puja Sepanjang Masa
- Tanah Airku Aman dan Makmur
- Pulau Kelapa Yang Amat Subur
- Pulau Melati Pujaan Bangsa
- Sejak Dulu Kala
Refrain
- Melambai Lambai
- Nyiur Di Pantai
- Berbisik Bisik
- Raja Kelana
- Memuja Pulau
- Nan Indah Permai
- Tanah Airku
- Indonesia
INDONESIA PERMAI
Negeri yang indah dan permai
Laut biru sawah gunung hijau
Menghias bagai permata
Hati merasa bahagia
Di tanah subur mulia
Sampai di akhir hidup tua
Kurindu tanah pusaka
 
