Rabu, 11 Januari 2017

Tugas Softskill - Review Jurnal


Judul                : Stress, Depression, and Occupational Injury among Migrant Farmworkers in Nebraska.
Oleh                 : Athena K. Ramos, Gustavo Carlo, Kathleen Grant, Natalia Trinidad and Antonia Correa.
Link                  : http://www.mdpi.com/2313-576X/2/4/23/htm

LATAR BELAKANG
Pada latar belakang, peneliti memaparkan keadaan industri pertanian di Amerika Serikat yang merupakan salah satu industri yang paling berbahaya, dimana para pekerjanya beresiko mengalami penyakit dan cedera kerja, dan banyak yang secara konsisten terkena berbagai macam bahaya kerja. berdasarkan informasi yang diperoleh dari Centers for Deseases and Prevention (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit), setiap hari sekitar 167 pekerja pertanian mengalami kehilangan jam kerja akibat cedera yang dialaminya. Peniliti melihat bahwa para buruh tani mungkin menganggap hal tersebut adalah hal normal bagi mereka namun ada bukti terbaru yang menunjukkan bahwa cedera dan kesehatan mental pekerja saling terkait. Stress dan depresi berkaitan dengan kecelakaan kerja baik bagi petani maupun buruh tani (pekerja pertanian).

MIGRANT FARMWORKERS
Pada bagian ini, peneliti memaparkan definisi migrant farmworkers (pekerja pertanian migran) yang merupakan sekelompok individu yang bekerja di bidang pertanian secara musiman dan membangun rumah sementara karena sifat pekerjaan mereka yang gesit atau cepat. Mayoritas migrant farmworkers ini adalah imigran Latino dari Meksiko. Walapun kontribusi mereka cukup besar namun mereka masih rentan secara ekonomi, sosial dan hukum. Selain itu peneliti melihat bahwa para pekerja ini mungkin tidak memiliki akses yang tepat terhadap informasi, pelatihan dan penegakan peraturan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Melihat banyakya faktor yang dapat menyebabkan stres di kalangan migrant farmworkesrs, dimana stres ini juga dikaitkan dengan peningkatan gejala depresi yang dapat meningkatkan peluang kecelakaan kerja, maka pemahaman terhadap faktor yang mendasari terjadinya stres, depresi maupun cedera menjadi sangat penting untuk mensukeskan upaya pencegahan dan intervensi faktor-faktor tersebut.

FARMWORKERS DI NEBRASKA
Bagian ini berisikan mengenai farmworkers di Nebraska, yang berjumlah 50.000 orang dengan usia rata-rata 36 tahun dimana 27% diantaranya hidup dalam kemiskinan dan 31% diantaranya memiliki riwayat pendidikan tidak lebih dari pendidikan sekolah tinggi. Berdasarkan Census of Agriculture tahun 2012, jumlah migrant farmworkers di Nebraska berjumlah 788 orang namun jumlah ini mungkin jauh dibawah jumlah sebenarnya. Walaupun dari hasil penelitian sebelumnya ditemukan bahwa kesehatan mental yang buruk berada pada tingkat yang tinggi, termasuk didalamnya depresi yang dialami migrant farmworkers di Midwest, namun bukti tambahan yang menunjukkan antara stress, depresi dan cedera kerja tersebut masih kurang.

TUJUAN
Dilakukannya penelitian ini bertjuan untuk mengetahui hubungan antara stress, depresi dan kecelakaan kerja di kalangan migrant farmworkers Lationo di Nebraska yang berpartisipasi dalam Studi Kesehatan Buruh Tani Migran di Nebraska pada tahun 2013. Peneliti berhipotesis bahwa kecelakaan kerja secara signifikan akan meningkatkan peluang bagi para farmworkers menjadi stress dan depresi.

METODE
Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan studi populasi, dengan bermitra dengan nebraska Migrant Education program untuk memberi informasi melalui pertemuan masyarakat bagi para migrant farmworkers yang kemudian dilakukan perekrutan peserta untuk penelitian ini. Peserta penelitian harus berusia minimal 19 tahun, keturunan latin, dan saat ini bekerja sebagai migrat farmworkers di Nebraska. Dari 200 peserta dengan rata-rata usia 33,5 tahun yang diwawancara 93% laki-laki yang 92,9% diantaranya adalah meksiko atau keturunan meksiko, 59,1% memiliki ijazah dibawah ijazah sekolah tinggi atau setara dan 75,8% adalah imigran. Selanjutnya untuk mengeksplorasi isu-isu kesehatan diantara migrant farmworkers dilakukan pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan (melakukan wawancara) kepada para peserta. Peneliti kemudian melakukan pengukuran terhadap stress, deprsi serta cedera kerja. Kovariat (variabel penguat) yang digunakan pada penelitian ini berupa penggunaan obat dan variabel demografi. Setelah peneliti memperoleh data maka langkah selanjutnya adalah pendekatan analitik untuk menganalisa data yang telah diperoleh. Analisa dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 23.0.

HASIL
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh hasil dimana hampir sepertiga dari peserta memiliki tingkat stres yang tinggi (skor 80). Symptomatologi depresif merata, dimana 45,8% peserta memperoleh skor diatas 16 pada CES-D (depression scale). Peneliti juga memperoleh hasil bahwa seperlima (18,6%) peserta pernah mengalami kecelakaan kerja dan 34,7% diantaranya kehilangan waktu kerja. bagian tubuh yang paling sering mengalami cidera adalah punggung (38,5%), kaki (33,3%), tangan (17,8%), kepala (17,8%) dan bagian kaki, lutut atau panggul (13,3%).
Kemudian, diperoleh hasil bahwa stress berkorelasi positif dengan depresi dan usia namun berkorelasi negatif dengan pendidikan dan berada pada resiko terhadap masalah minum. Depresi berkaitan dengan stress. kemudian diperoleh juga bahwa kecelakaan kerja berkorelasi positif dengan stres, depresi, serta usia.
Pada model 1, depresi dan pendidikan merupakan faktor yang signifikan untuk stress sedangkan pada model 2 depresi, stres, kecelakaan kerja dan pendidikan merupakan faktor yang signifikan untuk depresi.

DISKUSI
Dari hasil analisis bivariat, kecelakaan kerja positif terkait dengan stres dan depresi, namun kecelakaan kerja bukan merupakan faktor signifikan penyebab terjadinya stres. Temuan tersebut konsisten dengan studi the Mexican Immigration to California: Agricultural Safety and Acculturation yang menemukan hubungan yang signifikan antara depresi dan cedera. Hasil penelitian ini (bersama-sama dengan penelitian the Mexican Immigration di California), menunjukkan bahwa mengurangi kecelakaan kerja dapat mengurangi gejala depresi di kalangan migrant farmworkers Latino. Kemudian melihat hasil tingkat stres yang cukup tinggi, maka penting untuk dilakukan pelatihan berkaitan dengan pekerjaan dan harus tersedianya peralatan keselamatan yang sesuai. Selain itu akses kesehatan profesional untuk pekerja juga perlu dibenahi agar pekerja mendapat pelayanan kesehatan yang sesuai. Kedepannya, dapat juga diterapkan edukasi kesehatan dan keselamatan yang dapat membantu pekerja dalam mengidentifikasi cedera yang berhubungan dengan pekerjaan serta menghubungkan mereka dengan sumber daya yang tepat.

KETERBATASAN
Keterbatasan penelitian ini merupakan studi epidemiologi yang dilakukan di alam sehingga penyebab tidak dapat ditentukan. Cedera bisa menyebabkan depresi dan sebaliknya. Selain itu keterbatasan lain berhubungan dengan data yang mungkin bias dan mungkin belum mewakili semua migrant farmworkers di Nebraska. Mengingat lokasi fisik dari pengumpulan data, tidak selalu mungkin untuk menjamin kerahaisaan dan mungkin berdampak pada tanggapan yang diberikan oleh peserta. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan agar data dapat diperoleh dari berbagai sumber mengingat data bisa saja bias dan masih ada masalah dengan pelaporan cedera karena beberapa alasan.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kecelakaan kerja dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan mental, termasuk stres dan depresi dan diperoleh hubungan antara stres, depresi, dan cedera yang berhubungan dengan pekerjaan.

Link to the presentation :

Rabu, 04 Januari 2017

Review Jurnal Berhubungan dengan Secondary Data

Judul Jurnal : Patient characteristics and clinical management of patients with shoulder pain in U.S. primary care settings: Secondary data analysis of the National Ambulatory Medical Care Survey by
James L Wofford, Richard J Mansfield and Raquel S Watkins.



Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai karakteristik pasien penderita shoulder pain dan penanganan kesehatan dalam mengatasi atau mengobati pasien tersebut (memberikan medical service pada pasien tersebut) pada primary care di US. Pasalnya, kasus shoulder pain (nyeri bahu) umum ditemukan pada pengaturan pelayanan rawat jalan dimana tingkat terjadinya nyeri bahu ini mencapai angka 50% dari jumlah populasi umum, namun hanya 50% dari penderita yang berkonsultasi ke dokter dikarenakan biaya medis untuk shoulder pain ini cukup tinggi. Melihat kondisi teneliti menyadari bahwa perlunya peningkatan kualitas perawatan dan pemahaman terhadap biaya yang dikeluarkan tersebut sangat penting. Dibantu oleh The National Ambulatory Medical Care Survey yang menawarkan media pembelajaran mengenai bagaimana dokter-dokter perawatan primer di US mengelola kondisi klinis umum dalam skala besar, peneliti mencoba untuk mempelajari apa saja karakteristik yang ditunjukkan dan manajemen klinis dari pasien yang nantinya akan diajukan kepada dokter sebagai bahan evaluasi. Selain itu, data sekunder yang berhasil diperoleh oleh peneliti ini juga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau pengujian kualitas dari pelayanan kasus/gangguan muskuloskeletal (sistem kompleks yang melibatkan atau berkaitan dengan otot-otot dan kerangka tubuh).

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yang berasal dari The National Ambulatory Medical Care Survey (NAMCS) pada rentang tahun 1993 hingga 2000 yang dilakukan oleh The National Center for Health Statistics), dimana survey tersebut menggunakan desain sampel probabilitas bertingkat. Data yang diperoleh dari survey tersebut nantinya berguna untuk mengetahui tingkat penanganan kesehatan (pengobatan) terhadap shoulder pain atau nyeri bahu. Sampel pasien dipilih secara acak yang distratifikasi (diurutkan) berdasarkan area geografis dan pekerjaan/keahlian khusus pasien. Kunjungan pasien selama berminggu-minggu tersebut kemudian akan disampel secara sistematis. Dokter yang menangani pasien tersebut kemudian mengisi formulir kunjungan pasien yang secara garis besar berisi detail pasien, dokter dan informasi klinis yang bersangkutan. Dengan menggunakan skema kategorisasi NAMCS untuk alasan kunjungan, dilakukan ekstraksi semua kunjungan dimana nyeri bahu menjadi alasan kunjungan yang dilakukan oleh pasien. Kunjungan pasien tersebut kemudian dijadikan sampel untuk memperhitungkan bias regional dan pengambilan sampel khusus serta sampel yang tidak direspon. Selain itu, bobot sampling juga digunakan untuk melakukan estimasi nasional berdasarkan sampel yang telah tersedia. Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah nyeri bahu diakibatkan karena adanya cedera, apakah cedera tersebut terjadi berkaitan dengan pekerjaan dan bagaimana cedera dapat berbeda sesuai dengan karakteristik demografisnya masing-masing.

Hasil dan Pembahasan
Dari penelitian yang dilakukan, penelitian memperoleh hasil bahwa untuk pasien dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih, nyeri bahu menjadi alasan kunjungan selama tahun 1993 hingga tahun 200. Gangguan yang sering dikeluhkan diantaranya adalah rotator sindrom manset bahu, nyeri bahu, osteoarthitis, dan tendinitis.
Usia rata-rata pasien di kunjungan ini adalah 53,3 ± 17,8 tahun, dan 54,3% (376/692) dari kunjungan adalah pasien wanita. Pasien berkulit putih lebih sedikit dibandingkan pasien berkulit hitam (84,6% (586/692) dibandingkan 12,1% (84/692). Proporsi pasien nyeri bahu karena cedera adalah 33,2% (230/692). Laki-laki dan orang dewasa muda lebih cenderung memiliki cedera yang berhubungan dengan nyeri bahu (laki-laki 36,7% dibandingkan perempuan 30,3%, p = 0,01; usia> 52 19,3% dibandingkan usia <52 46,9%, p <0,0001), tetapi tidak ada perbedaan ras dalam hubungan cedera (kulit putih 33,8% dibandingkan kulit hitam 28,6%, p = 0,50). untuk tahun survei 1995-2000. Proporsi kunjungan kantor untuk nyeri bahu dari cedera yang berhubungan dengan pekerjaan adalah 7,6% (43/566) dari semua kunjungan dan 21,3% (43/202) dari yang berhubungan dengan cedera.
Selama tahun 1995-2000, ketika pertanyaan spesifik diajukan mengenai kinerja atau x-ray, 164/566 (29,0%), temuan yang tidak berbeda berdasarkan jenis kelamin (29,0% untuk laki-laki dibandingkan 29,0% untuk perempuan, p = 0,46), oleh ras (29,8% untuk kulit putih dibandingkan 24,3% untuk kulit hitam, p = 0,65), atau berdasarkan status usia (lansia 27,8% dibandingkan orang dewasa muda 30,0%, p = 0,43). Apakah x-ray dilakukan tidak dikaitkan dengan riwayat cedera 27,2% dibandingkan 30,0%). Pencitraan canggih (CT scan, MRI, atau USG) dilakukan pada 6,5% (37/566) dari kunjungan.
Fisioterapi disarankan dalam 23,9% (135/566) dari seluruh kasus kunjungan. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pemesanan fisioterapi berdasarkan jenis kelamin pasien (perempuan 27,0% dibandingkan laki-laki 20,1%, p = 0,052) atau dengan ras pasien (putih 25,1% dibandingkan Afrika-Amerika 17,1%, p = 0,070), tetapi orang dewasa lebih cenderung disarankan untuk melakukan fisioterapi (orang dewasa muda 18,7% dibandingkan orang dewasa yang lebih tua 28,7%, p = 0,005). Pasien dengan riwayat cedera terkait lebih cenderung disarankan melakukan fisioterapi (cedera 36,1% dibandingkan tidak ada cedera 17,0%, p = <0,001). 




link to journal:
https://pdfs.semanticscholar.org/4619/1eb059e69ccb616474dd2a49e49f5ea5edb2.pdf