James L Wofford, Richard J Mansfield and Raquel S Watkins.
Latar Belakang dan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai karakteristik pasien
penderita shoulder pain dan penanganan kesehatan dalam mengatasi atau mengobati
pasien tersebut (memberikan medical service pada pasien tersebut) pada primary
care di US. Pasalnya, kasus shoulder pain (nyeri bahu) umum ditemukan pada
pengaturan pelayanan rawat jalan dimana tingkat terjadinya nyeri bahu ini
mencapai angka 50% dari jumlah populasi umum, namun hanya 50% dari penderita
yang berkonsultasi ke dokter dikarenakan biaya medis untuk shoulder pain ini
cukup tinggi. Melihat kondisi teneliti menyadari bahwa perlunya peningkatan
kualitas perawatan dan pemahaman terhadap biaya yang dikeluarkan tersebut sangat
penting. Dibantu oleh The National Ambulatory Medical Care Survey yang
menawarkan media pembelajaran mengenai bagaimana dokter-dokter perawatan primer
di US mengelola kondisi klinis umum dalam skala besar, peneliti mencoba untuk
mempelajari apa saja karakteristik yang ditunjukkan dan manajemen klinis dari
pasien yang nantinya akan diajukan kepada dokter sebagai bahan evaluasi. Selain
itu, data sekunder yang berhasil diperoleh oleh peneliti ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran atau pengujian kualitas dari pelayanan
kasus/gangguan muskuloskeletal (sistem kompleks yang melibatkan atau berkaitan
dengan otot-otot dan kerangka tubuh).
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder
yang berasal dari The National Ambulatory Medical Care Survey (NAMCS) pada
rentang tahun 1993 hingga 2000 yang dilakukan oleh The National Center for
Health Statistics), dimana survey tersebut menggunakan desain sampel
probabilitas bertingkat. Data yang diperoleh dari survey tersebut nantinya berguna
untuk mengetahui tingkat penanganan kesehatan (pengobatan) terhadap shoulder
pain atau nyeri bahu. Sampel pasien dipilih secara acak yang distratifikasi
(diurutkan) berdasarkan area geografis dan pekerjaan/keahlian khusus pasien. Kunjungan
pasien selama berminggu-minggu tersebut kemudian akan disampel secara
sistematis. Dokter yang menangani pasien tersebut kemudian mengisi formulir
kunjungan pasien yang secara garis besar berisi detail pasien, dokter dan
informasi klinis yang bersangkutan. Dengan menggunakan skema kategorisasi NAMCS
untuk alasan kunjungan, dilakukan ekstraksi semua kunjungan dimana nyeri bahu
menjadi alasan kunjungan yang dilakukan oleh pasien. Kunjungan pasien tersebut
kemudian dijadikan sampel untuk memperhitungkan bias regional dan pengambilan
sampel khusus serta sampel yang tidak direspon. Selain itu, bobot sampling juga
digunakan untuk melakukan estimasi nasional berdasarkan sampel yang telah
tersedia. Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah nyeri bahu diakibatkan
karena adanya cedera, apakah cedera tersebut terjadi berkaitan dengan pekerjaan
dan bagaimana cedera dapat berbeda sesuai dengan karakteristik demografisnya
masing-masing.
Hasil dan Pembahasan
Dari penelitian yang dilakukan, penelitian
memperoleh hasil bahwa untuk pasien dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih,
nyeri bahu menjadi alasan kunjungan selama tahun 1993 hingga tahun 200. Gangguan
yang sering dikeluhkan diantaranya adalah rotator sindrom manset bahu, nyeri
bahu, osteoarthitis, dan tendinitis.
Usia rata-rata pasien di kunjungan ini
adalah 53,3 ± 17,8 tahun, dan 54,3% (376/692) dari kunjungan adalah pasien
wanita. Pasien berkulit putih lebih sedikit dibandingkan pasien berkulit hitam
(84,6% (586/692) dibandingkan 12,1% (84/692). Proporsi pasien nyeri bahu karena
cedera adalah 33,2% (230/692). Laki-laki dan orang dewasa muda lebih cenderung
memiliki cedera yang berhubungan dengan nyeri bahu (laki-laki 36,7%
dibandingkan perempuan 30,3%, p = 0,01; usia> 52 19,3% dibandingkan usia
<52 46,9%, p <0,0001), tetapi tidak ada perbedaan ras dalam hubungan
cedera (kulit putih 33,8% dibandingkan kulit hitam 28,6%, p = 0,50). untuk
tahun survei 1995-2000. Proporsi kunjungan kantor untuk nyeri bahu dari cedera
yang berhubungan dengan pekerjaan adalah 7,6% (43/566) dari semua kunjungan dan
21,3% (43/202) dari yang berhubungan dengan cedera.
Selama tahun 1995-2000, ketika pertanyaan
spesifik diajukan mengenai kinerja atau x-ray, 164/566 (29,0%), temuan yang
tidak berbeda berdasarkan jenis kelamin (29,0% untuk laki-laki dibandingkan
29,0% untuk perempuan, p = 0,46), oleh ras (29,8% untuk kulit putih dibandingkan
24,3% untuk kulit hitam, p = 0,65), atau berdasarkan status usia (lansia 27,8%
dibandingkan orang dewasa muda 30,0%, p = 0,43). Apakah x-ray dilakukan tidak
dikaitkan dengan riwayat cedera 27,2% dibandingkan 30,0%). Pencitraan canggih
(CT scan, MRI, atau USG) dilakukan pada 6,5% (37/566) dari kunjungan.
Fisioterapi disarankan dalam 23,9%
(135/566) dari seluruh kasus kunjungan. Tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam pemesanan fisioterapi berdasarkan jenis kelamin pasien (perempuan 27,0%
dibandingkan laki-laki 20,1%, p = 0,052) atau dengan ras pasien (putih 25,1%
dibandingkan Afrika-Amerika 17,1%, p = 0,070), tetapi orang dewasa lebih cenderung
disarankan untuk melakukan fisioterapi (orang dewasa muda 18,7% dibandingkan
orang dewasa yang lebih tua 28,7%, p = 0,005). Pasien dengan riwayat cedera
terkait lebih cenderung disarankan melakukan fisioterapi (cedera 36,1% dibandingkan
tidak ada cedera 17,0%, p = <0,001).
link to journal:
https://pdfs.semanticscholar.org/4619/1eb059e69ccb616474dd2a49e49f5ea5edb2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar